WELCOME TO KMJ MESIR OFFICIAL WEBSITE

Rabu, 23 Maret 2011

Prototype Pemerintahan Diktator


Oleh: Ahsanul Husna, Lc
Dalam pidatonya kamis 10 februari 2011, pukul 23.00 WK, presiden Muhammad Husni Mubarak menegaskan bahwa ia tidak akan turun dari kursi kekuasaannya sampai dilaksanakan pemilu sebtember mendatang. Sementara itu, dia mendelegasikan kekuasaan kepada wakilnya Umar Sulaiman. Ungkapnya, 30 tahun sudah dia duduk diatas tahta kekuasaan rakyat mesir dengan damai, makmur, keadilan dan demokrasi.
Tapi kelihatanya rakyat mesir tidak sepakat, sebab yang mereka rasakan jauh berbeda. Hal ini terbukti kemarahan rakyat tak terbendungi sejak tanggal 25 januari 2011. Ribuan rakyat turun kejalan ibu kota dan sejumlah tempat di Mesir menuntut agar Husni Mubarak segara mengahiri kediktatoranya. Mereka seakan-akan telah muak dan pesimis dengan kaki tangan Mubarak. Inilah gambaran ketidak adilan, tirani, kebohongan dan kediktatoran yang mereka rasakan. Memasuki hari ke 17 tuntutan rakyat Mesir, menemui jalan buntu. Husni Mubarak bersikukuh untuk tidak turun dari tahta kepresidenan.
Saya tak habis pikir dengan Mubarak. Sebenarnya apa sih yang ingin dia cari dunia ini. Sampai akhirnya terjadi perang saudara di tengah rakyat Mesir antra yang pro Mubarak dengan yang kontra. Mereka saling melempari, saling mencaci bahkan membunuh. Penomena yang tak terbayangkan sebelumnya. Karena sejauh pengetahuan saya selama lima tahun hidup di Mesir tentang hubungan social rakyatnya tak obah seperti satu keluarga. Tapi, setelah melihat kejadian itu saya mulai tidak percaya kalau itu bakal terjadi, bercampur dengan rasa malu yang mendalam. Menangapi keegoisan Mubarak ini Dr. Yusuf Qardowi mengatakan “Husni Mubarak tengah berusaha membantai rakyatnya“. Terbukti 300 nyawa rakyat Mesir gugur dan ratusan lainya luka-luka. Sedangkan kita semua adalah makhluk Tuhan dan akan kembali ke tanah. Harta, kuasa dan sebagainya tidak berumur lama.
Hal ini tentu akan menimbulkan spekulasi arah kehidupan dan politik di Mesir. Para tokoh, dan pakar politik dunia tidak tinggal diam dalam melihat kondisi ini. Amerika, jerman, inggris, francis dan spanyol terus mendesak, agar Husni Mubarak mendengarkan suara rakyatnya. Menerapkan demokrasi yang menyeluruh di santero Mesir. Menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle mengungkapkan kekecewaanya setelah mendengar pidato Presiden Mubarak. Dia menambahkan, saya takut pidato Mubarak ini menyebabkan masa depan yang tidak stabil di Mesir. Dia menunjukan kekhawatiran pemerintah Jerman menjadi lebih besar setelah mendengar pidato ini.
Sementara itu, profesor ilmu politik Universitas Kairo Dr. Saifuddin Abdel Fattah, menanggapi pidato Presiden Mubarak dengan mengatakan “Bertahun-tahun tanpa nilai, tiba-tiba bicara bak sebagai manusia kafir”. Ia menambahkan “Kelihatannya Mubarak membutuhkan psikonalis bukan analis politik”. Dia juga mengungkapkan bahwa rezim Mubarak adalah satu contoh budak Negara-negara luar. Segala lagitimasi kebijakanya berpijak kepada skenario Negara-negara luar. Selama kepresidennya tidak pernah memberi kebijakan yang independen.
Rakyat Arab hanya membutuhkan perubahan besar dalam perjalanan sejarah negeri mereka. Hidup dengan system demokrasi dan kebebasan yang menyeluruh, tidak persial. Kalau boleh saya mengatakan bahwa, Negara-negara Arab seperti mata rantai yang beruntun. Jika salah satu mata rantai ini pecah akan mengakibatkan pecah yang lainya. Terinspirasi dari revolusi Tunisia dan runtuhnya kekuasaan presiden Tunisia Ben Ali. Memberikan pengaruh yang kuat terciptanya revolusi di negeri Arab yang lain, seperti Mesir.
The New Egypt
Pada hari jum’at tanggal 11 Februari 2011, pukul 18.30 WK, rakyat mesir dikejutkan oleh presiden Muhammad Husni Mubarak yang menyatakan mundur dari jabatanya. Perjuangan yang luar biasa rakyat Mesir menuntut agar presiden Husni Mubarak segara meninggalkan tahta kekuasaan, akhirnya terwujud. Diberitakan di stasiun tv nasional Mesir Nile TV melalui wakilnya Umar Sulaiman, presiden Muhammad Husni Mubarak resmi meletakkan jabatanya, dan memerintahkan Dewan Meliter untuk memegang tampuk kekuasaan. Pengumuman itu disambut gegap gempita massa aksi di alun-alun Tahrir Cairo dan di seluruh penjuru negeri Mesir.
Babak baru sejarah negeri Para Nabi sudah ditabuhkan. Berkuasa selama 30 tahun kelihatanya tak bergeming ditengah kuatnya tuntutan rakyat Mesir. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya terus berputar dan berganti. Catatan bersejarah ini tentu menjadi pelajaran bagi pemimpin dunia yang lain terhusus pemimpin negeri-negeri Arab yang hampir menjadikan Negara mereka seperti sebuah kerajaan.
Aksi revolusi Mesir ini yang rata-rata dimotori oleh kaum pemuda. Dalam rangka menghadapi perubahan, salah seorang pemuda Mesir mengungkapkan di stasiun Nile TV bahwa mereka adalah anak-anak negeri yang memiliki sejarah panjang ribuan tahun. Mereka anak negeri yang memiliki peradaban besar sejarah hidup manusia. Dan hari ini mereka ingin menunjukan kepada rakyat international bahwa mereka adalah pemuda bersejarah disepanjang umur dunia yang akan menciptakan peradaban besar. “sudah saatnya kami pulang ke rumah masing-masing. Menjalani hidup baru dengan cita-cita perubahan dimasa depan. Kami optimis dan kami akan bersabar menghadapi perubahan ini. kami sudah terbiasa mengahadapi masa-masa sulit disepanjang sejarah”.
Analis politik melihat ada kesamaan faktor antara revolusi Mesir dan Tunisia. Satu hal yang menarik adalah bahwa Mesir dan Tunisia memiliki kesadaran intelektual dan politik lebih besar jika dibandingkan dengan Negara Arab lain. Disamping itu monopoli modal dan ekonomi oleh “kucing-kucing gendut” di kedua Negara sehingga berakibat meningkatnya pengangguran. Dua Negara ini dianggap sebagai Negara polisi yang banyak melanggar hak azazi manusia. Para diktator cerdas yang pernah memimpin Mesir dan Tunisai ini hidup dengan tirani tanpa ada hubungan baik dengan masyarakatnya. Sampai pada ahirnya fajar revolusi dapat membelah antara benang putih dan benang hitam yang ada di dua unsur yang berbeda yaitu diktator dan para tentara.
Apapun alasannya, situasi kali ini tentulah berbeda. Busur di seluruh dunia Arab memberikan penghormatan kepada pemuda-pemuda besar dari Mesir. Yang berhasil membuat sejarah besar, bukan hanya bagi bangsa Mesir tapi untuk seluruh bangsa.
Dengan demikian, revolusi masyarakat Mesir akan membuka pintu kebebasan dan demokrasi bagi seluruh bangsa Arab. Karena bukan hanya Mesir yang menderita penindasan dan kurangnya kebebasan, korupsi dan kemiskinan. Yang berarti bahwa, keberhasilan revolusi Mesir akan menjadi pelopor bagi pembebasan di seluruh Negeri. Dan kita hanya tiggal menunggu fajar baru di santero bangsa. InsyaAllah.
Semoga kesejahteraan, keadilan dan perdamaian tercurahkan bagi bangsa Mesir. Kedamaian dan keselamatan untuk para syuhada dan kepada para pejuang yang mengangkat panji kebenaran sampai hari akhir.Amin.
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Al-Azhar Cairo, Jurusan Tafsir Dan Ilmu Al-Qur'an.

0 comments:

Posting Komentar